Minggu, 27 November 2016

Perencanaan Pembangunan Alur Pelayaran Pelabuhan



A.   Pendahuluan

Alur pelayaran merupakan salah satu fasilitas pokok yang dibutuhkan dalam membangun pelabuhan. Alur ini berfungsi sebagai jalan masuk bagi kapal laut yang akan memasuki pelabuhan. 

Pada perencanaan pembangunan alur pelayaran, terdapat beberapa syarat ukuran yang harus diperhitungkan, yaitu
1.    Lebar alur pelayaran
2.    Kedalaman alur pelayaran
3.    Kemiringan sisi alur pelayaran

B.   Lebar  Alur Pelayaran

Secara umum, kapal tidak diperkenankan melayari alur pelabuhan dalam posisi  parallel terhadap poros alur, karena akan menimbulkan gaya yang bekerja menentang kapal akibat memotong aliran arus dan tiupan angin, sehingga menjadikan kondisi pengemudian kapal dalam sudut hanyut. Untuk itu dibutuhkan kompensasi untuk sudut kemudi, sehingga kapal dapat berlayar sesuai jalurnya.

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi lebar alur pelayaran agar dapat dilalui oleh kapal laut dengan aman, diantaranya adalah:
1.    Jenis lalu lintas alur pelayaran  (satu arah atau dua arah)
2.    Sudut pembelokaan alur
3.    Ukuran kapal, kecepatan kapal dan kemudahan mengontrol kemudi kapal

Alur pelayaran satu arah adalah alur yang hanya dilewati oleh kapal dengan arah yang sama, baik  itu saat kapal masuk ataupun saat kapal keluar pelabuhan.

 
 

Keterangan:
W = Lebar alur = 2 BC + ML
B = Lebar badan kapal
BC = Bank Clearance (besarnya 0,6 – 1,5 B)
ML = Manuevering lane (lebar untuk pergerakan horizontal kapal yang disebabkan arah pelayaran tidak searah dengan arus air, besarnya 1,6 – 2,2 B)

Sedangkan alur lalu lintas dua arah adalah alur yang bisa dilewati oleh dua kapal yang berpapasan.  Seperti halnya pada alur searah, lebar minimum alur lalu lintas dua arah dipengaruhi oleh ukuran kapal

 
 
 Keterangan:
W = Lebar alur = 2 (BC + ML) + SC
SC = Ship Clearance (pengaman antara dua kapal, besarnya 30,5 m sampai satu kali lebar kapal (B) )

Alur untuk pelayaran yang mengalami pembelokan merupakan alur lengkung. Lebar minimum untuk alur lengkung relative lebih besar dibandingkan lebar alur lurus, karena pada alur lengkung diperlukan ruang untuk manuver pada saat belok.

Selain  lebar alur yang lebih besar, untuk memberikan keamanan pada kapal, maka jari-jari kelengkungan alur perlu  diperhitungkan. Untuk menentukan jari-jari kelengkungan alur ada beberapa faktor yang perlu dipertimbangkan, diantaranya: panjang kapal maksimum yang diperbolehkan  melewati alur, kecepatan kapal, dan sudut pembelokan (α) .
Sudut pembelokan (α) diharapkan tidak melebihi 30o. Namun ketika sudut pembelokan (α) lebih dari 300, maka jari-jari minimumnya (R) sekitar 4 kali atau lebih dari panjang kapal (B).


 Tabel 1. Jari-jari kelengkungan alur pelayaran
Sudut pembelokan (α)
Jari-jari minimum  ( R )
< 250
3 B
250  - 350
5 B
.< 350
10 B

R1 = R – W/2


 
C.   Kedalaman Alur Pelayaran

Dalam merencanakan kedalaman alur pelayaran agar kapal dapat berlayar dengan aman, maka perlu diperhatikan beberapa faktor, diantaranya:
1.    Pasang surut air laut, yang dipergunakan adalah muka air terendah (LLW = Lowest low water)
2.    Ukuran kapal yang diijinkan 
  • Sarat kapal (bagian lunas kapal yang tenggelam), besarnya sarat kapal ini bervareasi tergantung dari bobot  (DWT =Dead Weight Tonnage) dan panjang kapal (lihat tabel 2 s.d. tabel 6)
  • Pergerakan vertikal kapal, termasuk diantaranya aquat dan settlement, yang tergantung dari ukuran kapal, kecepatan, dan sudut pelayaran kapal terhadap arus air. Pada umumnya kapal yang berbobot besar (±10 .000 DWT) dengan kec. 5-10 knot mengakibatkan squat antara 0,3 m – 1,3m
 
  Nilai squat sekitar 3 feet, yang tergantung dari: d/h, kecepatan kapal dan area ratio
  •   Trim yaitu perbedaan antara draft depan pada haluan dan draft belakang pada buritan. Umumnya untuk perhitungan alur pelayaran ini dihitung sebesar 1 feet.
  •  Pitching, heaving dan roling. Umumnya pengaruh ini dihitung sebesar 6 feet.
3. Adanya perubahan densitas air laut

      4. Laju pelumpuran pada saat tidak dilaksanakan pengerukan pelayaran. Lumpur yang dimaksud adalah lumpur yang memiliki densitas lebih dari 1,2 gram/cm3. Untuk soft bed biasanya 2 feet dan untuk hard bed adalah 4 feet.

4 5. Toleransi pengerukan kesalahan maksimum dari kedalaman yang dikeruk terhadap kedalaman rencana). Besarnya toleransi pengerukan tergantung dari kapal keruk yang digunakan; pada umumnya berkisar 0,2 m sampai dengan 1 m untuk ketentuan toleransi pengerukan ini dapat dilihat pada tabel.7.

   6.  Faktor pengaman di bawah lunas kapal. Besarnya faktor pengaman tergantung dari jenis material dasar laut. Untuk dasar laut yang lunak faktor pengaman umumnya antara 0,3 meter – 0,5 meter; sedangkan untuk dasar alur yang keras faktor pengaman diberikan 0.6 meter – 1 meter.

 


 Tabel 2. Standard Size of Passenger ship                                                                
Tonnage
(Gross tonnage)
Overall length
(m)
Molded breath
(m)
Molded depth
(m)
Full load draft
(m)





500
51
10.2
4.0
2.9
1000
68
11.9
5.0
3.6
2000
9 2
13.9
6.2
4.5
3000
109
15.3
7.1
5.1
4000
123
16.3
7.8
5.6
5000
135
17.2
8.4
6.0
6000
138
17.8
10.6
7.4
7000
144
18.6
11.1
7.7
8000
150
19.3
11.6
7.8
9000
155
20.0
12.0
8.0
10000
160
20.6
12.3
8.2
15000
181
23.1
13.9
8.8
20000
197
25.1
15.1
9.2
30000
223
28.2
17.0
10.0



Tabel 3. Standard Size of General Cargo Ship
Tonnage
(Dead weight tonnage)
Overall length (m)
Molded breath (m)
Molded depth (m)
Full load draft (m)
700
51
8.5
4.6
3.8
1000
58
9.5
5.1
4.2
2000
74
11.7
6.3
5.1
3000
86
13.2
7.2
5.9
4000
95
14.4
7.8
6.4
5000
103
15.4
8.4
6.8
6000
124
16.9
9.5
7.2
7000
129
17.6
10.0
7.5
8000
135
18.3
10.4
7.8
9000
139
18.9
10.8
8.0
10000
144
19.4
11.2
8.2
15000
162
21.7
12.7
9.1
20000
177
23.4
13.8
10.0
30000
199
26.1
15.7
11.0
40000
217
28.3
17.2
11.9
50000
232
30.0
18.4
12.7

Tabel 4. Standard Size of Oil Tanker
Tonnage
(Dead weight tonnage)
Overall length (m)
Molded breath (m)
Molded depth (m)
Full load draft (m)
700
50
8.5
4.0
3.7
1000
57
9.4
4.5
4.2
2000
73
11.4
5.6
5.1
3000
85
12.8
6.4
5.9
5000
102
14.7
7.6
6.9
10000
139
19.0
9. 9
8.1
15000
157
21.7
11.3
9.0
20000
171
23.8
12.4
9.8
30000
194
27.2
14.1
10.9
40000
211
29. 9
15.4
11.7
50000
226
32.1
16.5
12.5
70000
250
35. 9
18.4
13.6
100000
270
39.0
19.2
14.6
150000
291
44.2
23.0
17.9
200000
325
47.2
24.5
19.0
250000
348
51.8
25.6
20.0

Tabel 5. Standard Size of Ore Carrier
Tonnage
(Dead weight tonnage)
Overall length (m)
Molded breath (m)
Molded depth (m)
Full load draft (m)
10000
140
18.7
10.5
8.1
15000
157
21.5
11.9
9.0
20000
170
23.7
12.9
9.6
30000
192
27.3
14.5
10.6
40000
208
30.3
15.8
11.4
50000
222
32.6
16.8
11.9
70000
244
37.8
18.7
13.3
90000
250
38.5
19.7
14.5
100000
275
42.0
23.0
16.1
150000
313
44.5
24.7
18.0

Tabel 6. Standard Size of Ferry Boat
Tonnage
(Gross tonnage)
Overall length (m)
Molded breath (m)
Molded depth (m)
Full load draft (m)
1000
75
13.4
5.0
4.0
2000
90
16.2
9.8
4.3
3000
105
17.7
10.5
5.0
4000
122
20.0
11.2
5.3
6000
138
21.4
12.7
5.9
8000
155
21.8
13.2
6.1
10000
168
24.0
14.7
6.5
13000
195
24.0
16.1
6.7



Tabel 7. Toleransi Kedalaman Berdasarkan Jenis Kapal Keruk dan Jenis Material

Jenis Kapal Keruk
Kapasitas
Toleransi Pengerukan (cm)
Kapal keruk ember
Volume ember (L)
I
II
III
IV
V

50-200
tp
20
30
10
15

200-500
30
25
50
15
25

500-800
tp
35
60
20
30
Kapal keruk gali
Volume ember gali (m3)






0.5-2.0
30
20
30
15
Tp

2.0-5.0
50
25
50
20
tp
Kapal keruk cakram
Volume cakram (m3)






0.5-2.0
50
50
25
tp
tp

2.0-4.0
75
75
50
tp
tp

4.0-7.0
100
100
75
tp
tp
Kapal keruk hisap bor
Diameter bor (m)






0.7-1.5
tp
50
40
15
30

1.5-2.5
25
75
50
20
40

2.5-3.5
30
100
60
30
50
Kapal keruk hisap hopper
Kapasitas hopper (ton)






500-3000
tp
25
25
tp
30

3000-6000
tp
50
50
tp
50

6000-18000
tp
75
75
tp
50

Keterangan:
Tp = tidak dipakai;                L = Liter;                     I = pecahan karang
II = batu kerikil                      III = pasir;                   IV = Lempung;
V = Lumpur

D.   Kemiringan Sisi Alur Pelayaran

Sisi alur pelayaran dibuat dengan kemiringan tertentu yang gunanya untuk memperkecil longsornya sisi alur tersebut. Kemiringan sisi alur bervariasi tergantung dari jenis materialnya. Untuk material lunak umumnya dibuat kemiringan yang landai, dan untuk material yang keras dibuat kemiringan yang tajam. Variasi kemiringan dapat dilihat pada tabel 8.

Tabel 8 Variasi Kemiringan Sisi Penampang Melintang Alur Pelayaran
Jenis Material
Kemiringan
Vertikal : Horisontal
Karang
Hampir vertical
Lempung keras
1     :     1
Lempung pasir
1     :     2
Pasir kasar
1     :     3
Pasir halus
1     :     5
Lumpur
           1     :     8 s.d. 60

Referensi:
  •  Survey Hidrografi & Pengerukan/Diklat Operator Keruk Rukindo 1996
  •  Diklat Kuliah Perencanaan dan Perancangan Pelabuhan, Teknik Kelautan ITB
  • Merencana-Merancang Pelabuhan, Soedjono Kramadibrata, 1981
  • Technical Standards For Port and Harbour Facilities in Japan 1980

(Gantira, 27 November 2016, Bogor)