A.
Pendahuluan
Pengerukan diartikan sebagai proses penggalian dan
penimbunan tanah baik di dalam permukaan
air maupun di darat. Pengerukan dilakukan pada saat pebangunan pelabuhan
(capital dredging), yaitu dalam melaksanakan pembuatan kolam pelabuhan,
pembuatan alu pelayaran, perataan dasar
(alas) pemecah gelombang. Disamping itu,
pengerukan digunakan juga dalam memelihara (maintenance dredging) kedalaman kolam
pelabuhan, alur pelayaran atau alur sungai, dikarenakan adanya pergerakan dan
pengendapan lumpur (sediment trasnpor).
Untuk
tulisan kali ini akan menerangkan secara ringkas tentang perencanaan pengerukan
untuk pemeliharaan alur pelayaran. Dalam kegiatan pemeliharaan alur pelayaran,
ada beberapa langkah pekerjaan yang dilakukan, diantaranya adalah
- Survey pendahuluan
- Penentuan areal alur pengerukan
- Rencana Navigasi Pengerukan
- Perkiraan volume keruk
- Pemilihan kapal keruk
- Pemilihan lokasi penimbunan
- Pelaksanaan dan control kemajuan pengerukan
A.
Survei
Pendahuluan
- Untuk memudahkan pra-perencanaan pengerukan, perlu dipersiapkan data dan informasi-informasi yang sudah tersedia, seperti data batimetri hasil survey sebelumnya, maupun data dan informasi teknis lainnya
- Perlu dilakukan survey sebelum pengerukan (Pre-dredge survey), yaitu survey lapangan sebelum pengerukan untuk memperoleh data dan informasi yang dibutuhkan dalam perencanaan maupun pelaksanaan pengerukan, yang meliputi:
- Data dan informasi kondisi perairan, diantaranya kedalaman yang akan dikeruk, permukaan air rata-rata, arah dan kecepatan arus air.
- Data dan informasi meteorology, diantaranya durasi, kecepatan dan arah angin; kabut, suhu, curah hujan dan kelembaban
- Data dan informasi kondisi dasar perairan, diantaranya konfigurasi dasar laut, karakteristik batuan dan tanah yang akan dikeruk.
- Data dan informasi lingkungan, diantaranya lalu lintas pelayaran di daerah pengerukan dan tempat penimbunan, ekosistem di daerah penimbunan.
- Data dan informasi lingkungan, diantaranya lalu lintas pelayaran di daerah pengerukan dan tempat penimbunan, ekosistem di daerah penimbunan.
C.
Penentuan
Areal Alur Pengerukan
D.
Rencana
Navigasi Pengerukan
Untuk
memudahkan dalam pelaksanaan pengerukan, maka perlu dibuat peta navigasi pengerukan.
Peta ini berupa rencana jalur pengerukan yang akan dilewati kapal keruk, dengan
menggunakan peta batimetri yang di plot dari data pre-dredge sounding.
E.
Perkiraan
Volume Keruk
Volume
material yang akan dikeruk dapat diperkirakan melalui data kedalaman yang
diperoleh dari “pre-dredge sounding” pada daerah pengerukan, serta kedalaman
yang direncanakan. Untuk memudahkan perkiraan volume material yang akan
dikeruk, alur pelayaran dibagi menjadi beberapa segmen dengan jarak antar
segmen ditentukan (misalnya 300 meter). Selanjutnya tiap-tiap segmen
digambarkan penampang melintang berdasarkan data pemeruman di atas. Gambar 2
memperlihatkan bagian alur pelayaran yang dibuat potongan melintangnya (cross
section) untuk keperluan hitungan perkiraan volume tanah yang akan dikeruk.
Perkiraan volume material yang akan dikeruk
dapat dihitung berdasarkan rumus:
Dimana:
V = Perkiraan Volume (m3)
Ai = Luas penampang melintang
alur pada segmen (i)
Ai+1 = Luas penampang
melintang alur pada segmen (i+1)
F.
Pemilihan
kapal keruk
Beberapa
hal yang mempengaruhi dalam pemilihan kapal keruk, diantaranya:
1. Ukuran
areal yang akan dikeruk, yaitu mengenai kedalaman, panjang, lebar alur, serta
material yang akan dikeruk.
2. Kondisi
cuaca dan kondisi perairan, seperti angin, hujan, kabut, gelombang dan arus
3. Jenis
material yang akan dikeruk yaitu mengenai jenis tanah, kekerasan dan sifat
ikatannya.
4. Kepadatan
lalu-lintas pelayaran yang melewati areal pengerukan.
Dalam
memilih alat keruk perlu dipertimbangkan kedalaman minimum sebelum dikeruk dan
kedalaman maksimum yang diinginkan setelah dikeruk. Kedalaman minimum penting
untuk menentukan jenis kapal keruk yang
harus digunakan, karena setiap kapal keruk memiliki sarat kapal yang
berbeda-beda.
Begitu
juga, identifikasi jenis material yang akan dikeruk perlu diketahui karena
tidak
setiap
kapal keruk bias mengeruk jenis material tertentu. Sehingga survey pendahuluan
terkait jenis material ini tidak bisa diabaikan.
Tabel 1. Tipe tanah dan kapal keruk yang sesuai dengan
tanah
G.
Pemilihan
Lokasi Penimbunan
Material
hasil pengerukan dapat dibuang ke lokasi perairan yang dalam, jika tidak
digunakan untuk keperluan reklamasi pantai. Ada beberapa factor yang perlu
dipertimbangkan sehubungan dengan pemilihan lokasi penimbunan pada lokasi
perairan, yaitu:
1. Kedalaman lokasi pembuangan
Lokasi
pembuangan diusahakan memiliki kedalaman yang cukup, sehingga dengan adanya
penimbunan tidak akan menimbulkan adanya pendangkalan yang cukup berarti yang dapat
menyebabkan terganggunya lalu lintas pelayaran.
2. Arus
laut
Arus
laut dapat menyebabkan material hasil penimbunan berpindah tempat. Oleh karena
itu lokasi penimbunan dipilih sehingga perpindahan material yang diakibatkan
adanya arus laut tidak menyebabkan pendangkalan pada alur pelayaran. Untuk itu
harus diketahui arah dan kecepatan arus di lokasi penimbunan.
3. Jarak
lokasi penimbunan ke tempat pengerukan
Jarak
lokasi penimbunan diusahakan dekat dengan lokasi pengerukan dengan
mempertimbangkan juga kemungkinan kembalinya material yang dibuang pada areal
pengerukan. Jarak yang jauh akan mengakibatkan pekerjaan pengerukan akan
terhambat yang disebabkan waktu tidak produktif selama perjalanan ked an dari
lokasi pembuangan.
4. Lalu
lintas pelayaran
Untuk
menghindari adanya ganguan terhadap lalu lintas pelayaran, maka lokasi
penimbunan tidak berada pada jalur lalu lintas pelayaran atau jalur yang akan
menuju lokasi penimbunan tidak melintasi
jalur lalu lintas pelayaran.
5. Ekosistem
lokasi penimbunan
Adanya penimbunan oleh material hasil pengerukan dapat
menimbulkan kerusakan pada ekosistem lokasi yang ditimbun. Untuk itu, tidak
dipilih lokasi penimbunan yang sedang dimanfaatkan untuk keperluan lain,
misalnya lokasi untuk pembudidayaan bidang perikanan.
Selain faktor di atas, lokasi pembuangan (dumping
area) hasil keruk dapat dipilih dengan persyaratan tidak diperbolehkan di
kawasan lindung, kawasan suaka alam, taman nasional, taman wisata alam, kawasan cagar budaya dan ilmu pengetahuan,
sempadan pantai dan kawasan terumbu karang, kawasan mangrove, kawasan perikanan
dan budidaya, kawasan pemukiman, dan daerah lain yang sensitif terhadap
pencemaran sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
H.
Pemilihan
Waktu Pelaksanaan Pengerukan
Pada
pekerjaan pengerukan, biaya terbesar yang digunakan adalah untuk keperluan
operasional kapal keruk. Mengingat biaya operasional kapal keruk cukup mahal,
perlu dilakukan optimasi mengenai penggunaan kapal keruk. Salah satu usaha itu
adalah memilih waktu pelaksanaan pengerukan yang memungkinkan pengoperasiannya
dapat dilakukan satu hari penuh (24 jam). Ada beberapa faktor yang dapat dipertimbangkan dalam memilih waktu
operasional pengerukan, yaitu:
1. Waktu
pada saat kondisi cuaca paling baik;
2. Waktu
pada saat kecepatan arus airnya rendah;
3. Waktu
pada saat kegiatan lalu lintas pelayaran yang melalui daerah pengerukan, tidak
padat;
4. Waktu
saat terjadinya pelumpuran yang relative banyak di lokasi pengerukan.
I.
Pelaksanaan
dan Kontrol kemajuan Pengerukan
Untuk mengontrol pekerjaan pengerukan, maka perlu
dilakukan pemeruman pada daerah yang telah dikeruk setiap interval waktu
tertentu (misalnya setiap 1minggu); pemeruman ini disebut pemeruman kemajuan
(check atau progress sounding). Data yang diperoleh melalui progress sounding
disajikan dalam bentuk peta kedalaman yang digunakan untuk menghitung banyaknya
volume material yang dikeruk selama interval waktu tersebut. Untuk mengontrol
pelaksanaan pengerukan, volume material yang dihitung dari data progress
sounding dibandingkan dengan volume material yang diperkirakan pada periode
waktu tersebut.
Referensi:
1. Survey
Hidrografi & Pengerukan/Diklat Operator Keruk Rukindo 1996
2. Merencana-Merancang Pelabuhan, Soedjono Kramadibrata, 1981
2. Merencana-Merancang Pelabuhan, Soedjono Kramadibrata, 1981
(Disusun oleh Uung
Gantira, 6 Januari 2017, Bogor)