Minggu, 08 Januari 2017

Perencanaan Pengerukan



A.   Pendahuluan

Pengerukan diartikan sebagai proses penggalian dan penimbunan  tanah baik di dalam permukaan air maupun di darat. Pengerukan dilakukan pada saat pebangunan pelabuhan (capital dredging), yaitu dalam melaksanakan pembuatan kolam pelabuhan, pembuatan alu pelayaran,  perataan dasar (alas)  pemecah gelombang. Disamping itu, pengerukan digunakan juga dalam memelihara (maintenance dredging) kedalaman kolam pelabuhan, alur pelayaran atau alur sungai, dikarenakan adanya pergerakan dan pengendapan lumpur (sediment trasnpor).

Untuk tulisan kali ini akan menerangkan secara ringkas tentang perencanaan pengerukan untuk pemeliharaan alur pelayaran. Dalam kegiatan pemeliharaan alur pelayaran, ada beberapa langkah pekerjaan yang dilakukan, diantaranya adalah

  • Survey pendahuluan
  •  Penentuan areal alur pengerukan
  •  Rencana Navigasi Pengerukan
  •  Perkiraan volume keruk
  •  Pemilihan kapal keruk
  • Pemilihan lokasi penimbunan
  • Pelaksanaan dan control kemajuan pengerukan 



A.   Survei Pendahuluan

Dalam survey pendahuluan ini  ada beberapa data yang dibutuhkan, diantaranya adalah:
  1. Untuk memudahkan pra-perencanaan pengerukan, perlu dipersiapkan data dan informasi-informasi yang sudah tersedia, seperti data batimetri hasil survey sebelumnya, maupun data dan informasi teknis lainnya
  2.  Perlu dilakukan survey sebelum pengerukan (Pre-dredge survey), yaitu  survey lapangan sebelum pengerukan untuk memperoleh data dan informasi yang dibutuhkan dalam perencanaan maupun pelaksanaan pengerukan, yang meliputi:
  •  Data dan informasi kondisi perairan, diantaranya kedalaman yang akan dikeruk, permukaan air rata-rata, arah dan kecepatan arus air.
  •   Data dan informasi  meteorology, diantaranya durasi, kecepatan dan arah angin; kabut, suhu, curah hujan dan kelembaban
  •   Data dan informasi kondisi dasar perairan, diantaranya konfigurasi dasar laut, karakteristik batuan dan tanah yang akan dikeruk.
  •  Data dan informasi lingkungan, diantaranya lalu lintas pelayaran di daerah pengerukan dan tempat penimbunan, ekosistem di daerah penimbunan.
  • Data dan informasi lingkungan, diantaranya lalu lintas pelayaran di daerah pengerukan dan tempat penimbunan, ekosistem di daerah penimbunan.  



C.   Penentuan Areal Alur Pengerukan

Peta batimetri yang diperoleh dari pre-dredge sounding dapat memberikan data dan informasi kedalaman yang lebih pasti pada areal alur pelayaran. Dengan menggunakan peta tersebut, ditentukan areal mana saja yang memerlukan pengerukan dengan memberikan tanda-tanda keruk (dengan warna tertentu)  untuk dikeruk sesuai kedalaman yang direncanakan.  

 



D.   Rencana Navigasi Pengerukan

Untuk memudahkan dalam pelaksanaan pengerukan, maka perlu dibuat peta navigasi pengerukan. Peta ini berupa rencana jalur pengerukan yang akan dilewati kapal keruk, dengan menggunakan peta batimetri yang di plot dari data pre-dredge sounding.

 

E.   Perkiraan Volume Keruk

Volume material yang akan dikeruk dapat diperkirakan melalui data kedalaman yang diperoleh dari “pre-dredge sounding” pada daerah pengerukan, serta kedalaman yang direncanakan. Untuk memudahkan perkiraan volume material yang akan dikeruk, alur pelayaran dibagi menjadi beberapa segmen dengan jarak antar segmen ditentukan (misalnya 300 meter). Selanjutnya tiap-tiap segmen digambarkan penampang melintang berdasarkan data pemeruman di atas. Gambar 2 memperlihatkan bagian alur pelayaran yang dibuat potongan melintangnya (cross section) untuk keperluan hitungan perkiraan volume tanah yang akan dikeruk.


 







 
 

Perkiraan volume material yang akan dikeruk dapat dihitung berdasarkan rumus:


 


Dimana:
V = Perkiraan Volume (m3)
Ai = Luas penampang melintang alur pada segmen (i)
Ai+1 = Luas penampang melintang alur pada segmen (i+1)



F.   Pemilihan kapal keruk

Beberapa hal yang mempengaruhi dalam pemilihan kapal keruk, diantaranya:
1.    Ukuran areal yang akan dikeruk, yaitu mengenai kedalaman, panjang, lebar alur, serta material yang akan dikeruk.
2.    Kondisi cuaca dan kondisi perairan, seperti angin, hujan, kabut, gelombang dan arus
3.    Jenis material yang akan dikeruk yaitu mengenai jenis tanah, kekerasan dan sifat ikatannya.
4.    Kepadatan lalu-lintas pelayaran yang melewati areal pengerukan.
 


Dalam memilih alat keruk perlu dipertimbangkan kedalaman minimum sebelum dikeruk dan kedalaman maksimum yang diinginkan setelah dikeruk. Kedalaman minimum penting untuk  menentukan jenis kapal keruk yang harus digunakan, karena setiap kapal keruk memiliki sarat kapal yang berbeda-beda.

Begitu juga, identifikasi jenis material yang akan dikeruk perlu diketahui karena tidak
setiap kapal keruk bias mengeruk jenis material tertentu. Sehingga survey pendahuluan terkait jenis material ini tidak bisa diabaikan.




Tabel 1. Tipe tanah dan kapal keruk yang sesuai dengan tanah


G.   Pemilihan Lokasi Penimbunan

Material hasil pengerukan dapat dibuang ke lokasi perairan yang dalam, jika tidak digunakan untuk keperluan reklamasi pantai. Ada beberapa factor yang perlu dipertimbangkan sehubungan dengan pemilihan lokasi penimbunan pada lokasi perairan, yaitu:
 



1.     Kedalaman lokasi pembuangan
Lokasi pembuangan diusahakan memiliki kedalaman yang cukup, sehingga dengan adanya penimbunan tidak akan menimbulkan adanya pendangkalan yang cukup berarti yang dapat menyebabkan terganggunya lalu lintas pelayaran.

2.    Arus laut
Arus laut dapat menyebabkan material hasil penimbunan berpindah tempat. Oleh karena itu lokasi penimbunan dipilih sehingga perpindahan material yang diakibatkan adanya arus laut tidak menyebabkan pendangkalan pada alur pelayaran. Untuk itu harus diketahui arah dan kecepatan arus di lokasi penimbunan.

3.    Jarak lokasi penimbunan ke tempat pengerukan
Jarak lokasi penimbunan diusahakan dekat dengan lokasi pengerukan dengan mempertimbangkan juga kemungkinan kembalinya material yang dibuang pada areal pengerukan. Jarak yang jauh akan mengakibatkan pekerjaan pengerukan akan terhambat yang disebabkan waktu tidak produktif selama perjalanan ked an dari lokasi pembuangan.

4.    Lalu lintas pelayaran
Untuk menghindari adanya ganguan terhadap lalu lintas pelayaran, maka lokasi penimbunan tidak berada pada jalur lalu lintas pelayaran atau jalur yang akan menuju lokasi penimbunan tidak  melintasi jalur lalu lintas pelayaran.

5.    Ekosistem lokasi penimbunan

Adanya penimbunan oleh material hasil pengerukan dapat menimbulkan kerusakan pada ekosistem lokasi yang ditimbun. Untuk itu, tidak dipilih lokasi penimbunan yang sedang dimanfaatkan untuk keperluan lain, misalnya lokasi untuk pembudidayaan bidang perikanan.

Selain  faktor di atas, lokasi pembuangan (dumping area) hasil keruk dapat dipilih dengan persyaratan tidak diperbolehkan di kawasan lindung, kawasan suaka alam, taman nasional,  taman wisata alam,  kawasan cagar budaya dan ilmu pengetahuan, sempadan pantai dan kawasan terumbu karang, kawasan mangrove, kawasan perikanan dan budidaya, kawasan pemukiman, dan daerah lain yang sensitif terhadap pencemaran sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

H.   Pemilihan Waktu Pelaksanaan Pengerukan

Pada pekerjaan pengerukan, biaya terbesar yang digunakan adalah untuk keperluan operasional kapal keruk. Mengingat biaya operasional kapal keruk cukup mahal, perlu dilakukan optimasi mengenai penggunaan kapal keruk. Salah satu usaha itu adalah memilih waktu pelaksanaan pengerukan yang memungkinkan pengoperasiannya dapat dilakukan satu hari penuh (24 jam). Ada beberapa faktor yang dapat  dipertimbangkan dalam memilih waktu operasional pengerukan, yaitu:
1.    Waktu pada saat kondisi cuaca paling baik;
2.    Waktu pada saat kecepatan arus airnya rendah;
3.    Waktu pada saat kegiatan lalu lintas pelayaran yang melalui daerah pengerukan, tidak padat;
4.    Waktu saat terjadinya pelumpuran yang relative banyak di lokasi pengerukan.

I.   Pelaksanaan dan Kontrol kemajuan Pengerukan

Untuk mengontrol pekerjaan pengerukan, maka perlu dilakukan pemeruman pada daerah yang telah dikeruk setiap interval waktu tertentu (misalnya setiap 1minggu); pemeruman ini disebut pemeruman kemajuan (check atau progress sounding). Data yang diperoleh melalui progress sounding disajikan dalam bentuk peta kedalaman yang digunakan untuk menghitung banyaknya volume material yang dikeruk selama interval waktu tersebut. Untuk mengontrol pelaksanaan pengerukan, volume material yang dihitung dari data progress sounding dibandingkan dengan volume material yang diperkirakan pada periode waktu tersebut.


Referensi:
1. Survey Hidrografi & Pengerukan/Diklat Operator Keruk Rukindo 1996
2. Merencana-Merancang Pelabuhan, Soedjono Kramadibrata, 1981

 (Disusun oleh Uung Gantira, 6 Januari  2017, Bogor)